Kamis, 04 Juli 2013

PANGGILAN JIWA

Hai jiwaku. Mengapa kau ganggu aku. Mengapa kau panggil panggil diriku. Masuk ke dalam lautan luas ini. Sementara kau tau aku tdk suka berenang.

Mengapa kau masukan aku kedalam belantaramu? di buasnya getaran jantung kehidupan ini. Sementara kau tau aku tak suka keheningan. Dan kesunyian rimbamu menakutkan pikiranku.

Mengapa kau terbangkan aku ke angkasa raya. Mengajakku bercakap dgn bintang. Menyapa matahari dan mendengarkan keluhan bulan yg kesepian. Sementara duniaku menyatakan bahwa aku tak bisa terbang.

Hai jiwaku. Yg memanggil2 dari urat leherku. Panggilanmu dalam desir darahku mengasingkanku dari dunia. Membuat mataku kehilangan bentuk. Dan telingaku kehilangan bunyi.

Mengapa tak kau bawa aku ke gudang penyimpanan uang dan bersuka ria di dalamnya. membawaku ke rimba pertokoan. Bersukaria dgn gudang uangku yg tak pernah menipis?

Mengapa tak kau bawakan aku kemeja bagus dengan dasi mengkilat. yg pantaskan aku untuk duduk di jeep mewah kegemaranku. Memuaskan seluruh mauku dengan kelembutan jok dari bintang di hitanku. Atau sekedar menarikt uas gas untuk harley davidson yg juga mampu mendesirkan dirimu di dalam pikiranku.

Mengapa tdk kau ubah aku menjadi raksasa. Agar lautanmu bisa kukuras dan hutanmu bisa kuinjak. Menyenangkan pikiranku dan menggemukan seluruh taring taringku yg haus. Haus akan tawa menyaksikan ikan yg terkulai dan margasatwa yg mati terbakar oleh semburan apiku.

Hai jiwaku. Mengapa kau matikan ambisku. Keinginan manusiawiku untuk tampil hebat. untuk kehebatanku keluargaku. Anak anakku. Seperti yg selalu hukum hukum pikiran manusia katakan ttg sukses.

Lautanmu bgt luas. Dan angkasamu tak bertepi. Dan kau biarkan aku bermain, berenang dan bersendawa dgn kehidupan itu. Lalu kau ambil pikiranku untuk menikmatinya...

Sejujurnya aku senang di tempatmu. Sejujurnya aku bahagia di rumahmu. Seperti ketika aku menyambutmu ketika pikiranku membunuhny. Ketika aku bersuka cita ketika pikiranku menganggap aku tak rasional. Tertawa bahagia ketika pikiranku menenteng nenteng mahkota raksasa. Dan menipuku dengan kilau keemasannya

Hai pikiranku. Ku harap kau mengerti. Bahwa keberadaban mu tergantung pda jiwaku. Berdamailah.