Sekolah itu mau roboh. Murid murid yang cuma sepuluh orang gak
mau kehilangan tempat belajarnya. Begitu juga guru gurunya. Sudah
separuhjalan pekerjaan mereka mengajari 10 murid dengan semangat tanpa
pamrih. Mereka gak mau cita cita menerbitkan generasi baru , cerdas,
bernas dan berkarakterpupus ditimpa oleh reruntuhan gedung yang
sebenernya lbh mirip kandang sapi.
Di gedung, yang cuman berisi
satu kelas, dengan hiasan bendera kusam yang berkibar dia tiang karatan
di halamannya, rasanya mereka bukanlah prioritas. Mereka cuman dari anak-
yang bibitnya dianggap gak unggul. Mereka bukan anak professor, org
kaya, pejabat . dalam pandangan establish shoot sekolah, gak adasatupun
yang menonjol selain dari kemiskinan mereka. Buat siapapun yang
melintas di SD. Negeri Muhamadiyah Gantong ini, akan berpikir sama. Tidak
rubuh tidak jadi apa apa, rubuh lebihbaik, karena generasi miskin
seperti ini hanya akan menjadi beban depdiknas. Subsidi untuk gaji guru
akansemakin banyak dengan dengan lulusan yang gak jelas kualitas. 9
tahun pendidikan dasar dengan 10 murid di dalamnya……bagaimana kalo
semuanya lulus…..sekolah pasti akan tutup juga.Cepat atau lambat akan
roboh sendiri. Tidak gedungnya, ya sekolahnya bubar. Bagaimana kandang
sapi bisa menjadi gedung bertingkat dengan murid berkualitas
dan fasilitas modern? Buang buang waktu aja ciinnn….
Buat
ibu Musa dan Pak harfan, guru SD Muhammadiyah Gantong,fasilitas buat
kesepuluh manusia masa depan yang malang ini bukan hal penting.Subsidi
pemerintah apalagi. Kalo kedua guru itu memberikan komanda muridmuridnya
untuk menyangga sekolah dengan pohon, itu karena cuman tempat itu
ygbisa dipakai untuk belajar. Kandang sapi itu lebih memberikan harapan
dari pada laut yang belum bisa menerima anak anak seusia mereka mengambil
ikannya. Atau pasar yg lebih banyak memberikank esempatan pada ototkecil
anak anak itu daripada otak.. Dimana pasar dan laut menjadi latar
belakang kehidupan mereka
….jreng jreng jreng….tiba
tiba saya membayangkan anak2metropolitan di lingkungan saya Sekolahnya
tegak berdiri. Mereka cas ciscus berceloteh enggres.Belajardengan
firefox dan power point sebagai ganti bukunya. Nelayan atau kuli
pasardiajarkan jadi orang yang harus dikasihani dan diberi amal serta
zakat di hariraya. Bukan jadi pilihan masa depan mereka. Begitu banyak
fasilitas dan pilihan. Membuat mereka tak berdaya begitu salah satunya
hilang. Mengingat Laskar Pelangi membuat sayatak berkutik. Tidak
mungkin menjadikan mereka pertapa dalam bising mesin dan godaan konsumsi
dunia. Dan negeri ini memang lebih dari sekedar menambah fasilitas
pendidikan atau sekedar menahan sekolah yang mau rubuh dan
meninggal.Dialam ruangan saya mencoba menulis masa depan saya. Mencoba
bermain di arusnya bising metropolitan ygpekak. Mencoba bersepakat dengankenyataan
metropolitan yg selalu mendemo. Menuntut tanggung jawab dengan
ukuran ukuran metropolis. Sekolah Gantong pun jd guru baru saya.
Setidaknya untk melihatnya dalam perspektif hati saya yg sunyi.
….Dan
batang pohon itu jalan keluar, Dan sekolah tegak. Seperti main bola.
Setidaknya mereka bisa memperpanjang waktu untuk bisa lebih banyak
mengenal rumus matematika dasar. Mengenal KH Ahmad Dahlan sbag sejarah nilai yg dibangun untuk sekolah itu. Dan memberiakan lebih panjang waktu untuk bermain dengan pengetahuan yg hanya diajarkan oleh dua guru itu
Pendidikan bukan sepakbola. Perpanjangan waktunya
bukanuntuk menentukan kemenangan. Dengan pemain yang cuman sepuluh
orang mereka tidak hidup dalam pilihan menang dan kalah. Even, sejak
mendaftar, satu persatu sudah dibekali mantra oleh nilai nilai kemiskinan
orang tuanya. Harapannya tak lebih dari sebuah perbandingan antara buta
huruf dan bisa membaca. Jadi kuli panggul atau karyawan kasar PT TIMAH.Dapat kesempatan naik mobil atau tetep puas naik sepeda. yg mungkin diliuaran tetap akan tersisisih oleh olok olok picingan sebelah mata daari mereka yg punya kesempatan lbh baik.
Di
Belitong ada kepolosan. Keluguan guru dan murid muridnyamembuat mereka
mendapatkan mimpi yang bukan pilihan. Kemampuan menerimaketerbatasan dan
bermimpi sejauh jauhnya membuat mereka kuat . Sekuat kayumenyanggah
sekolah mereka. Mereka tidak merasa miskin karena mereka tidakpernah
ingin kaya. Mereka tidak pernah merasa susah karena mereka tidak
membuatbejana ukur untuk mengukur kesenangan. Keluguan dan kepolosan
menggerakkan untuk memainkan mainan yang mereka hadapi karena dunia
yangakan mereka capai bukan dunia yang sedang mereka jalani. Dan cita
cita di ujung lautan bukan lautan tempat kapal mereka berlayar.
Laskar
Pelangi menggetarkan negeri ini. Sekolah yang mauroboh itu menyentuh
setiap kejujuran di negeri ini. Keluguan mereka menjalanikemiskinan
dengan tertawa, menggerus haru setiap anak bangsa. Perasaan kita
terbuncah histeris melihat kepolosan Maharmenyelesaikan kebuntuan ide
untuk lomba antar sekolah. Kebuntuan yang membuats eluruh belitong
berdecak kagum melihat hasil pertapaan Mahar. Sosok nyentrikyg berhasil
menunjukkan “kegilaan”nya yg mengantarkan piala kesenian ke lemarireot
yg tak bisa ditutup Seantero negeri tersenyum keluar dari
gedungbioskop. Dan kalimat kalimatmempesona Andrea Hirata menyihir
negeri ini.Kita pun mengenangnya dgn "menzakatkan" harta ke bioskop 21. yg mungkin tidak sampai ke saudara saudara senasib kita di belahan Nusantara.
Negeri yang mulai kehilangan kepolosan,
yang doyong inginrebah . Rebah karena jiwa jiwayang sakit. Yang
berlomba ingin menguasai negeri ini untuk diri dankelompoknya. Jiwa jiwa
di dalamnya sibuk mengambil papan dari kandang sapi yangrapuh. Yang
papannya lebih berharga daripada kehidupan di dalamnya. Lebihberharga
dari poto poto pahlawan di dinding yang tidak mampu memberikan
nilaiapapun untuk mempertahannkan apa yang telah diperjuangkannya.
Kita
sebagai bangsa merindukan kepolosan itu. Kepolosan PakMustar yang
menjadikan kayu sebagai alat peraga kerjsama murid muridnya. Yangpasrah
melihat biji gatal menjadi fasilitas untuk mengisi lemari butut
sekolahdengan piala kemenangan. Kepolosan Lintang yang rela menunggu
buaya setiap harihanya untuk mendengar petuah petuah moral dari pak
Mustard an Ibu mus yangmungkin belum tentu ada gunanya untuk masa
depannya. Diatas dunia yang tidakberpihak pada kemiskinan. Bahkan tidak
berpihak pada tekad membaja untuk bisamaju.
Mereka jelas lebih beruntung bisa mendapat waktu lebih lamaberbicara dengan guru bijaksana yg mengabdikan dirinya untuk mendidik
Jika
meminjam terminology keberadaban bernama Laskar yang heroik, yang mampu
mengubah dunia. Kisah ini hanya hanya menjadi alat untuk mengeluarkan air
mata. Yang kemudian dilupakan selepas menonton. Kelaskarannya yang
sederhana bukan yang sebeneranya selalu diajarkan oleh pendidikan
dinegeri ini. Pelangi yang berwarna wani pun lebih senang ditempatkan di
langit anpa pernah masuk kedalam penghayatan. Kita semua dibuat
menangis lalu kita diam dan kembali sibuk dengan diri kita sendiri. Sibuk
dengan tagihan kita yang berjuta juta, yang selalu kurang sebelum akhir
bulan. Dan generasi setelah lintang dan ikalpun di tiap sudut negeri ini
mungkin sudah tenggelam dalam ubuhnya sekolah mereka . Yang bahkan
mungkin tidak pernah dibangun.
Laskar pelangi memberikan cermin.
Kayu yang menyangga sekolahnya memberikan inspirasi untuk Ikal sampai ke
sourbone. Andre Hiratamampu melihanya sebagai sebuah kedewasaan dari
sebuah keterbatasan. Sebuah cita cita yang tumbuh dari ketiadaan akan
yang menjadikannya something from nothing.
Ing Ngarso
Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut WuriHandayani. Sloganbangsa yg
dicetuskan K iHajar Dewantoro tentu tidak dicetuskan untuk menjadikan
negeri ini kaya raya secara materi. Tidak untuk memintarkan generasi agar
bisa tidak sadar menjajah sudara saudaranya yg kurang. Tidak juga untuk
menentukan kemajauan dan berlari dari kenyataan2 tata cara hidup
kita sendiri. Dan laskar pelangi yg merupakan spectrum warna dari belahan
bumi Indonesia bukanlah sebuah ukuran material. Tapi ukuran manusia .
Manusia yghidup dgn gaya dan tradisinya sendiri, untuk kemajuan yg
sesuai dengan kenyataan dirinya. Semoga kita mengingat bahwa saat ini
kita hanya mengantarkan anak kita ke sekolah. Tapi lupa mengantarkan anak
kita menjadi manusia yg berbudi . yg berguna buat dirinya, buat
keluarganya dan buat bangsanya. Yang mau memikirkan orang lain dan
membangun semangat kebersamaan. Kebersamaan ygmembuat kita layak
menyebut diri kita sebagai KITA. Sebagai sebuah Bangsa ygSATU.
TAMAN BERMAIN PANCASILA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar