Selasa, 10 April 2012

Slamet Manusia Slamet


Slamet anak bandel bagian dari sebuah keluarga besar. Saudaranya kakanya 2 org laki laki dan adeknya satu perempuan. Suka bikin ulah dengan kayu. Apa saja di rumahnya yang terbuat dari kayu suka dipretelin dan dijadikan mainan. Sekolahnya acak adut.  Org tuanya sering dipanggil ke sekolah karena kebiasaanya merusak peralatan kayu sekolah untuk dijadikan segala macem kreasi . Matematikanya ancur, biologinya berantakan, ilmu fisika pun pas pas an. Tp untuk pelajaran ketrampilan, nilainya mendekati cumlaude 9. 5. Dan dia sekolah di sekolah umum yang kosentrasinya bukan pd ketrampilan.
Berbeda jauh sama saudaranya. Kakaknya yang pertama, juara olimpiade matematika  di kotamadya. Yang kedua, gak sekinclong kakaknya, tapi rangking sekolahnya lumayan membanggakan. Dia termasuk urutan pelajar cerdas di sekolahnya yang tempatnya jauh terpencil di kaki gunung kelud. Adeknya yang perempuan semata wayang cantik. Kilitnya kuning bersih, dan rambutnya panjang sepinggang. Masih duduk di bangku SMP tapi udah banyak yg melamar. Dia tidak seperti Slamet, tp kecerdasannya di sekolah bersaing dengan kedua kakak Slamet.
 “ Malu bapak liat raport kamu, kalo kakakmu paling benci sama warna merah, liat tuh pialanya. “
“Liat Tuh piagamnya, liat tuh, senyum temen temennya, liat tuh , liat tuh, kamu gak pengen kayak mereka ?“

Slamet cuek , tangannya sibuk mengamplas kudaa kudaannya yang akan diserahkan pada temen kecilnya. dari sekolah diberikannya kuda kduaan cantik hasil kreasinya kepada tetangganya yang senang dengan karyanya. Gadis itu salah satu dari sekian org kolektor hasil karya Slamet yang dibagikannya gratis.
Pak Bagyo ayah Slamet sebenernya tau keunikan anaknya. Kecerdasannya kreasinya menurun dari darahnya, yang pengrajin wayang kulit. Tapi tuntutan sosial memintanya lain. Prestasi kakak2 Slamet  dan kecantikan anak bungsunya  membuatnya bangga.Menutup segala keunikan Dia bisa dipanggil satu waktu oleh dua org guru, untuk mendapatkan pujian dan mendapakan keluhan dari guru lainnya. Dan Slamet dimatanya menjadi stranger. Pak bagyo pun menyerah pada nilai nilai lingkungannya. Di serahkan nilai nilai pendidikan dalam keluarganya kepada kehendak lingkungan gak seringkali tidak memberikan tempat untuk keunikan. Untuk sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang pernah dialamintya terulang kepada anaknya dan sekali lagi pak Bagyo tidak berdaya mendistribusikan nilainya.
Sistem sosial adalah alat pelahir nilai nilai . Rahim dari jadi diri sebuah bangsa. Dan Jati diri sebuah bangsa tidakditentutkan oleh bagaimana Negara mengolah manusianya saja, tapi juga bagaimana sebuah bangsa mengolah nilai nilainya sendiri sesuai dengan karakter dan kemampuanya sendiri. Lepas dari teori teori tentang bagaimana Negara seharusnya.
Sebuah system sosial yang melahirkan nilai nilai politik untuk keadilan bersama tidak akan mungkin tercapai jika sebuah keluarga masih mendikriminasikan salah satu anaknya yang unik. Sisistem pemerintahan dilahirkan oleh system masyarakat, sitem masyarakat dilahirkan oleh keluarga. Keluarga keluarga melahirkan lingkungan lingkungan, melahirkan kecamatan, melahirkan nilai kota sampai akhinya menjadi nilai sebuah bangsa. Dan Negara mendapatkan amanah untuk mengelola ini
Merdeka menjadi mahal di negeri yg sudah merdeka ini. BBM naik semua kebakaran jenggot. Minyak yang seharusnya bisa diolah sendiri diserahkan kepada orang lain tanpa kita bisa mentukan harganya. kita memang merdeka bisa menentukan subsidi bahan bakar tapi kita tidak bisa menentukan harga minyak dunia. Suara kita ditutup sementara kemampuan yang kita miliki ada. Bumi yang melimpah dengan segala hasil bumi, dengan manusia manusia yang memiliki kebijaksanaan dan ketranmpilan yang dikenang sejarah
Pengrajin tas di Bandung tetep saja bingung mengatasi persoalan rumah tangganya, sementara hasil kerjanya ditempeli harga mahal di negeri lain. Buruh pabrik electronic yang kreatif tetep harus pinjem uang sebelum habis bulan karena uangnya memang tidak cukup untuk penyesuaian gaya hidup org normal./ org normal yg bisa beli tv, an perangkat gadget yang bisa bersaing dengan koleganya.
Mereka membanting tulang untuk mendapatkan kemerdekaan. Kemerdekaan yang hilang ketika uang habis. Mereka berjuang dari pagi hingga sore demi uang yang menghilangkan sebagian waktu mereka untuk merek merek dengan harga mahal di etalase etalase mewah di luar negeri. Kemampuannya menjahit kulit dan berkreasi dengan barang barang mahal itu tidak berbanding lurus dengan harga perdagangannya yg classy. Yang disebut sebagai harga persaingan pasar yang sehat.
Di mall ukuran daya beli sebuah bangsa dipertaruhkan sebagai barometer pertumbuhan ekonomi.  Ukuran kebutuhan primer masyarakat desa  diukur sama berbanding lurus dengan pendapatan masyarakat kapitalis amerika  UMR jadi tuntutan mutlak mengikuti perkembangan dollar amerika. Negara kaya hasil bumi dengan lautan yang maha luas ini pun tak mampu menentukan mata uangnya sendiri dan berpijak dgn nilai nilainya sendiri. Dan lewat corong agama nilai nilai perdagangan pun disahkan. Tuhan dikapitalisasi lewat perhitungan dosa dan pahala. Nilai nilai moral pun disesuaikan dengan  kesuksesan seseorang yang bisa diukur dengan bangunan dan seberapa banyak mereka memiliki uang . JUga berapa banyak mereka beramal, tidak perduli dari mana sumber pendapatannya. Daya beli dan daya untuk beramal pun ditentukan oleh masyarakat tanpa pernah lagi menilai bagaimana cara manusia hidup
Pertumbuhan ekonomi pun jadi sasaran masyarakat modern. Korupsi jadi wabah yang paling dibenci namun dirindukan. Setiap yag kalah berharap dapat jabatan agardapat kesempatan menjalankan aji mumpung di politik. Kemudia menimbuni uang yang akan diambilnya selepas penjara yg mungkin hanya bbrp tahun saja. Daya beli yg jadi ukuran kemuktahiran seseorang membuat semuanya berlomba. Dan dijung jalan disana…..kita semua bertabarkan . Karena kita menganggap diri kita semua sempurna dan punya daya beli

Dan tiba tiba saya merindukan seorang Slamet. Yang gak perduli bagaimana ayahnya memakinya dan mempermalukan dirinya. Gak perduli apakah kakak kakaknya lebh pintar atau adiknya lbh memiliki banyak teman darinya. Dia gak perduli apakah nilai ketrampilannya bagus dan nilai eksaknya jeblok. Marah gurunya diterimanya dengan senyum untuk seala imajinasi yang ada dikepalanya. Cibiran org rg yang menganggapnya sinting ditelannya sebagai inspirasi untuk karyanya.
Saya ingin melupakan pusing tinggal di republik Indonesia Amnesia dengan segala kewajiban yang katanya memang harus dilakukan di negeri ini. Saya mencoba untuk sedikit berhayal merubah jalan cerita Slamet.
Andai saja Pak Bagyo mampu melihat persoalan dengan tepat. Melihat pengalaman hidupnya, merasakan kelebihannya sebagai kaca mata untuk melihat potensi Slamet. Andai saja dia bisa melihat kemampuan suvive dan melihat kecerdasannya tumbuh merata di keempat anaknya. Mungkin dia bisa membangun sebuah kekuatan yang lbh bermanfaat daripada mendiskriminasikan Slamet.
Dia bisa saja mendorong Slamet menjadi seorang creator. Memberikan bahan bahan yang diperlukan Slamet. Membiarkannya untuk asik dengan segala kemampuannya mencipta. Memberikan ruang untuk kemyamanan hatinya sama dengan rasa nyaman yang diperlukannya saat berkreasi. Slamet tidak harus sekolah, tapi mesin perdagangnnya bisa diserahkan pd kakak kakanya dengan segala interestnya. Adeknya bisa menjadi seorang marketing. Dan kakanya yang pandai matematika bisa membangun strategi dagangnya. Dan Pak Bagyo bisa mengajak Slamet untuk mendistribusikan imajinasinya kepada teman teman dgn minat yg sama di desanya. Dan bersama sama membangun system untuk desanya. Lalu menciptakan kemerdekaannya sendiri, menegaskan yang terbaik untuk desa itu sendiri, menentukan harga jual kreasi kreasi yg dicptakan lalu bangga dan tidak bergantung dengan segala hal rumit diluar apa yg dibutuhkannya. Menciptakan system sendiri dan berkreasi untuk yg lebih luas, untuk negri untuk bangsanya.
Seandainya semua keluarga setia pada jati dirinya, setiap desa setia pada nilai nilai yg ada dalam darahnya, setiap kota jadi mesin perdagangan yang dilahirkan di desa, dan semua Negara mendapatkan distribusi nilai yang variable dari masyarakat yabng berasal dari bangsa bangsa ini, maka tak satupun yang perlu kita takutin, termasuk harga BBM. Termasuk neraka.
Semoga Slamet bisa bikin Slamet

Ercika Handoyo
Taman Bermain Pancasila
10-04-2011








Tidak ada komentar:

Posting Komentar