Sabtu, 07 April 2012

Tuhan Yang Maha Ruwet

Tuhan menyatukan kita. Lewat nama Nya Dia menyatukan kita. Lewat namanya kita tercerai berai. Dia menyatukan kita dirumah rumah ibadah dan memecahnya dalam kehidupan nyata.

Nama Tuhan hadir sejak matahari belum bangun. Dan kita bersatu, bersujud di kaki bumi untuk mengagungkannya dalam Doa. Kita duduk tepekur di setiap sudut rumah di setiap lirih bisikan bersama sama bersambungan menyebut... Namanya.

Matahari tegak, mesin dibunyikan dan kita mulai bergesekan. Mata melotot , dan mulut memaki di antara arus lalu lintas yang pekak nama Tuhan kembali disebutkan, diselipkan dalam makian, menjadi pemanis sumpah serapah. Tuhan dan Namanya pun memisahkan kita diantara riuh makian, diantara dialog nurani dan mesin yang menderu

Kita bersatu untuk Tuhan. di pelataran mesjid kita ruku dan sujud bersama. Tafakur dan mengucap amin bersama sama. menutup sholat dengan tolah toleh kekiri kanan mengucapkan salam pada saudara di kanan dan kiri. yang tua menyalami , yang muda mencium tangan. Tuhan mewujud di rumahnya, generasi dan perbedaan menjadi harmoni Bersalaman. Tuhan menyatukan dengan manis.

Di luar, atas namaNya, Kita memecah Tuhan dalam potongan potongan kecil. di bursa saham, Bismilah disebut untuk setiap org yang memerlukan keuntungan lebih banyak. Di mimbar politik, deal deal menyisipkan energi Tuhan dengan ucapan Bismilah. Sujud syukur dipakai untuk sebuah kongkalingkong untuk melemahkan saudara sendiri. Kalimat Amin dipakai sebagai bahasa berjamaah untuk keuntungan dan keselamatan keluarga masing masing dan melupakan keluarga lainnya yg juga ingin bahagia. Atas namanya kita memilih Tuhan untuk merekatkan kita agar kita lebih untung dari yang lainnya. Atas namanya kita bersumpah untuk memakmurkan masyrakat setelah kita makmur lebih dulu. Atas nama Tuhan kita memsiahkan hidup dalam hak dan kewajiban. Atas nama Tuhan kita menyatakan bahwa hidup kita yang terpenting, dan tanggung jawab sosial kita urusan belakangan

Tuhan disebut setiap pagi. Diajarkan kepada anak anak setiap hari, di sebutkan setiap malam, dan jadi salam pembuka untuk setiap upacara. Dibisikkan dalam setiap harapan dan diungkapkan dalam setiap kesepakatan. Tapi sifat penyayangnya lupa dilakukan ketika marah, lupa ditunjukkan kepada sesama.dengan sadar, kita hanya ingin menyayangi yang seiman, menyayangi yg satu keturunan, menyayangi yg ganteng, yang cantik, yang menyenangkan hati kita yang membantu kita. KIta mengasihi yang mengasihi kita menjauhkan yang kita anggap asing, dan menolak untuk belajar bersama saling mengisi dan saling mengingatkan. Dan Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang, tanpa disadari sering menjadi Maha pemecah, untuk ideologi yg kita anut. Untuk citra baik yang kita pegang teguh. Untuk persaingan persaingan ego yang jauh dari sifatnya..

Tuhan bisa menjadi uang ketika setiap detik dan menit uang yang kita pikirkan. Tuhan akan menjadi setan , ketika setiap waktu ketakutan kita perdengarkan pada nurani kita. Tuhan akan menjadi kesmiskinan ketika kemiskinan menjadi hal yg selalu dihindari. Tuhan akan menjadi kematian, jika kematian yang memenuhi seluruh nafas kita yang membutuhkan hidup. dan Tuhan akan menjadi penyayang manakala kita menjadi penyayang untuk setiap manusia tanpa terkecuali dan jadi pengasih jika kita senantiasa berbagi dengan sesama. Sesama manusia.

Tuhan dipuja dan dipinjem untuk kata pemanis makian, Ke Mahaannya yang tak terbatas kita sembah untuk hidup nyata dalam kekayaan. Kasihnya yang meliputi alam raya dikagumi dan kemudian mengerdilkannya untuk sekelompok manusia berideologi sama dan menafikan manusia dan kemanusiaanya yang jelas tidak diciptakan oleh ideologi yang merupakan bagian dari kedasyatan ciptaanNya. Rasa sayangNya di pinjam untuk mengajarkan sayang kepada anaknya anaknya dan memegari rumahnya dingan pagar berduri untuk saudara yang lain. KeadilaNya diperjuangkan , dan diteriakan, sampai lupa memberikan keadilan buat yang lain

apakah Tuhan memang sebuah ironi, atau sebuah paradoks yang memang tak perlu dikenalin? ataukah memang Tuhan hanya harus dipercaya, kemudian kita asingkan di sudut surga hanya dengan alasan usang ,' kami hanya manusia biasa yang naif"?.

Kalau memang demikian kehendak kita yang "naif", kenapa kita gak hapuskan saja namanya dalam kehidupan kita. Agar kita bisa berkonsentrasi untuk kenyataan pribadi kita. Kekayaan anak cucu kita. Kedigdayaan ego kita untuk kemulyaan kita sendiri tanpa dibayangi ketakutan akan surga dan neraka? dan kita bisa bebas menjadi apa saja sesuai dengan kemauaan kita.

Atau kalo memang Tuhan harus kita percaya, Mengapa kita harus mendua. Kenapa kita harus memisahkan dalam ritual kemudian melupakannya dalam kenyataan hidup? Kenapa kita harus menuju surga sementara kehidupan ini juga memerlukan kasih dan sayang antar manusia yang hidup? mengapa tidak kita memberikan keadilan untuk siapa saja yang kita rasakan perlu? Mengapa tidak kita satukan dunia dan akhirat dalam kehidupan yang harmonis di bumi ini. Diantara manusia manusia, diantara mahluk mahluk, diantara alam semesta, diantara langit dan bumi dan diantara seluruh ciptaanya?

Tuhan Yang satu pasti menciptakan manusia yang satu. Menciptakan keberagaman yang satu dalam sebuah jendela dunia. Satu diantara milyardan manusia yang berbeda dan tak mungkin sama. Satu diantara jutaan benda langit. Satu diantara segala varietas tumbuhan dan penghuni lautan. Satu diantara semua hal yang tidak bisa terlihat dan belum terwujudkan. Tapi Tuhan yang satu adalah kesatuan dari segala macam perbedaan. Tuhan Yang satu adalah arah manusia yang berbeda untuk menjadi satu dalam perbedaan. Lebih dari etnis, lebih dari 4 atau 10 agama dan ratusan alirannya. lebih dari ras, lebih dari wana kulit , lebih dari semua yang kita ketahui lebih dari semua yang kita tidak ketahuai.

Tapi Tuhan akan menyatu jika kita semua menyatukan Tuhan didalam AKU,KAMU, DIA untuk Menjadi KITA, merangkul semua yang KALIAN punya dan mewujud bersama menjadi KAMI.......Nusantara ..........NUSA (tubuh) ANTARA AKU KAMU DAN DIA

BHINEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MANGWRA

ERICKA HANDOYO
TAMAN BERMAIN PANCASILA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar